Rabu, 12 Mei 2010

Jeratan pajak mencekik rakyat

Indonesia dengan sistem pajaknya semakin buat rakyat tercekik. Apa yang tidak terkena pajak. Mie instan sebagai makanan favorit rakyat kecil terkena pajak, barang-barang kebutuhan pokokpun terkena pajak seperti minyak goreng, tepung, gas, beras, gula, kopi, bahkan korek apipun terkena pajak. Di sisi lain, ada Pajak Penghasilan bagi setiap orang yang bekerja baik pegawai negeri, swasta, maupun buruh. Bagi yang punya rumah juga wajib membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), kendati gubug reotpun. Belum lagi, bea cukai, pajak kendaraan bermotor, pajak tidak langsung lainnya yang besarnya bervariasi. Walhasil hampir tidak ada rakyat Indonesia yang dapat lepas dari jeratan pajak. Tanpa disadari rakyat dipaksa membayar paksa, eh ternyata, gaji pejabat pajak yang besar dari duit rakyat ini belum cukup memenuhi hawa nafsu mereka. Pajak yang seharusnya diambil dari orang-orang kaya ini justru diembat sendiri oleh Gayus dan makelar pajak yang lain.
Inilah yang menyebabkan banyak menyebut Indonesia sebagai “Negara Pajak” karena sebagian besar penerimaan negara bersumber dari pajak . Rata-rata kurang lebih 70% penerimaan negara bersumber dari penerimaan perpajakan dan hingga kini setiap tahunnya semakin bertambah. Porsi penerimaan pajak untuk tahun 2009 sebesar Rp. 565,77 triliun atau 97,99% dari target (Okezone, 27/1/2010). Untuk tahun 2010 ini, menurut menteri keuangan Sri Mulyani, target penerimaan negara (lewat pajak) adalah sekitar 742 triliun (jpnn.com, 24/3/2010).
Sebenarnya, negeri ini dapat sejahtera tanpa bergantung kepada pajak yang jelas semakin menjerat leher rakyat. Syaratnya, kepemilikan kekayaan alam dikembalikan kepada rakyat. Ini hanya terjadi jika ada perubahan sistem dari sistem liberal ke sistem Islam. Kedua, hanya orang-orang yang amanah (dapat dipercaya) yang boleh dipilih untuk mengemban amanah tersebut. Kekayaan alam Indonesia cukup melimpah mampu mencukupi kebutuhan negara, tetapi karena hampir semua kekayaan alam tersebut dimiliki asing dan swasta, negara hanya menikmati bagian yang amat kecil. Menyedihkan lagi, aloaksi anggaran negara justru banyak digunakan untuk bayar utang.
Hal inilah sebuah kesalahan yang mendasar akibat digunakannya sistem buatan manusia yaitu sistem kapitalisme yang memuja hawa nafsu di negeri yang berpenduduk muslim terbesar di dunia ini. Maka, tidak ada jalan lain untuk mengubahnya kecuali mengganti sistemnya dengan sistem Islam dari Sang Pencipta manusia.